Sabtu, 23 Oktober 2010

Refleksi 82 tahun sumpah pemuda indonesia ,sebuah kritik atas Nasionalisme gerakan Mahasiswa

Tanggal 28 oktober 1928 dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai masa deklarasi kesatuan Indonesia dalam sebuah bangsa, bahasa dan tanah air yang satu. Para pemuda dan pelajar dari berbagai penjuru nusantara datang dan berkumpul untuk mengikrarkan sumpah setianya pada tanah air. Hal ini kemudian menjadi ruh dari perjuangan dan pergerakan pemuda dan mahasiswa hingga saat ini, ruh cinta pada bangsa dan tanah air. Masalahnya kemudian adalah apakah semangat nasionalisme ini menjadi semangat dan ikatan yang bisa menjamin kebebasan Indonesia dari permasalahan Indonesia saat ini, tentunya dari fakta-fakta sejarah hingga saat ini yang kita lihat bisa menjawab kegelisahan kita akan makna dari sumpah pemuda dan nasionalisme itu sendiri.

Tanggal 17 agustus 1945, atas berkat rahmat Allah swt seperti yang tertulis dalam muqaddimah undang-undang dasar 1945, Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Kemerdekaan yang didapatkan dari hasil jerih payah dan dari perasan darah para pejuang-pejuang Indonesia terdahulu. Setelah itu bertahtalah soekarno dan hatta sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia pertama. Hanya saja kemudian diturunkan paksa oleh kekuatan rakyat yang mahasiswa juga didalamnya setelah berkuasa 27 tahun.

Soeharto di lantik tahun 1967 dengan dukungan besar dari kalangan mahasiswa. Saat itu banyak aktivis-aktivis yang ditarik ke lingkar kekuasaan orde baru. Akan tetapi, hubungan mesra antara pemerintah dan mahasiswa akhirnya kandas. Saat mahasiswa melihat pemerintah yang baru ternyata juga tidak berfihak pada rakyat. Korupsi besar-besaran terjadi ditubuh pemerintah diawal tahun 70-an, pembangunan aliansi dengan tokoh politik dan pengusaha besar masa soekarno, pelanggaran HAM di berbagai tempat , pembangunan TMII, Taman Mini Indonesia Indah, penanaman modal asing. Semua problem yang terjadi menjadikan mahasiswa kembali berkonsolidasi dan kemudian berontak, turun ke jalan-jalan untuk menyuarakan protesnya pada pemerintah. Klimaks dari gerakan periode ini kemudian terjadi tanggal 15 januari saat mahasiswa menolak kehadiran perdana menteri jepang dan investasinya di Indonesia . saat itu aktivis kota Jakarta lumpuh total, pembakaran property terjadi dimana-mana, 9 orang meninggal dan 820 orang tertangkap, atau sering dikenang dengan MALARI, Malapetaka 15 januari.

Pada periode-periode selanjutnya, 1998 penggulingan soeharto , naiknya pemerintah-pemerintah baru era reformasi, hingga periode kedua pemerintahan SBY, mahasiswa masih tetap pada semangat dan militansinya mengontrol setiap kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang berkuasa, meski harus berontak dan kemudian didemonisasi oleh media.

Nasionalisme, kritik Ideologi gerakan mahasiswa

Semangat bela negara (nasionalisme) atau bela rakyat menjadi alasan utama kenapa mahasiswa mesti bergerak. Sehingga seperti itulah adanya gerakan-gerakan mahasiswa dalam catatan-catatan sejarah. Bahwa mereka di represi, ditahan, bahkan dibunuh. Itu tidak jadi soal yang penting tanggung jawab sebagai warga negara harus dijalankan.

Menarik ketika membaca buku Suharsih dan Ign Mahendra, Bergerak bersama rakyat, sejarah gerakan mahasiswa dan perubahan sosial di Indonesia (2007) tentang kritiknya atas gerakan mahasiswa bahwa, gerakan mahasiswa dalam segala periodisasinya adalah gerakan yang pragmatis dalam artian mahasiswa bergerak tergantung isu yang berkembang dan yang dianggap mesti untuk dikritisi. Sementara persoalan mendasar dari masalah yang terjadi tidak terungkap sama sekali sehingga yang terjadi adalah tambal sulam dan menjadi alat peralihan dari satu penguasa ke penguasa yang lain.

Tahun 1966, gerakan mahasiswa gencar dan bersatu, bahu membahu meruntuhkan soekarno karena komunismenya. Padahal dibalik militansi dan semangat mahasiswa saat itu, Amerika Serikat bermain melalui badan intelijennya. Isu-isu yang ada sudah dikonstruksi oleh para tokoh-tokoh yang menjadi agen-agen kepentingan kapitalisme global Amerika Serikat dan untuk menghalau komunisme di Asia Tenggara oleh Uni Sovyet. Dan kemudian, naiklah Soeharto dan membantai para tertuduh-tertuduh komunis dengan jumlah kurang lebih 3 juta orang. Sebuah pembinasaan yang terbesar masa-masa pasca perang dunia 2. Pada tahun yang sama pula kebijakan-kebijakan perekonomian Indonesia sudah didikte oleh korporasi-korporasi asing dalam pertemuan di jenewa 1967. Gerakan mahasiswa ikut terlibat secara moral dalam kasus pembantaian oleh soeharto dan juga terlibat dalam memasukkan Indonesia ke dalam perangkap penjajahan kembali.

Tahun 1998 kesalahan kembali terulang oleh gerakan-gerakan mahasiswa yang
berhasil menurunkan soeharto. Hasyim wahid, menggambarkan dengan jelas dalam tulisannya bahwa, penurunan soeharto memang sudah direncanakan oleh Amerika Serikat karena disamping Soeharto sudah kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Amerika juga sudah menganggap saatnyalah liberalisasi secara fundamental harus dijalankan di dunia ini. karena memang dukungan AS kepada monopoli perdagangan pemerintah Indonesia era orde baru hanyalah kompensasi atas perlawanan anti komunisme di Indonesia. Maka digulingkanlah Soeharto saat-saat krisis tengah memuncak setelah terlebih dahulu menandatangani Letter of Intent dengan IMF. Rezim kemudian terus berganti, Timur-timur lepas dari kedaulatan negara Indonesia, privatisasi disegala bidang, minimalisasi impor pertanian, pengurangan subsidi disektor-sektor penting masyarakat dan pelayanan sosial,Investasi asing langsung, otonomi daerah yang membentuk penguasa-penguasa korup baru. Semua itu terjadi hingga saat ini. Sementara gerakan mahasiswa masih menjadi gerakan moral dan kritiknya pada penguasa adalah kritik loyal pada pemerintah, padahal masalahnya ada pada system yang dianut saat ini. Sekulerisme-Liberal-kapitalis-demokrasi.

Sumpah Mahasiswa Jilid II

Gerakan mahasiswa saat ini sudah semestinya merefleksi diri dari keterkungkungan nasionalisme yang dianutnya. Ikatan ini ikatan yang tidak memberikan arti apa-apa bagi pemerdekaan Indonesia dari segala macam keterjajahan. Karena memang pada dasarnya kecintaan pada kelompok, suku atau bangsa itu adalah alamiah pada manusia. hanya saja ikatan itu tidak bisa menjadi pengikat dalam sebuah masyarakat. Militansi gerakan mahasiswa harus diikat dan dilandasi dengan ikatan ideologi. Makanya, gerakan mahasiswa jangan takut mengikrarkan sumpah pemuda jilid II. Perjelas siapa lawan dan untuk apa kita harus melawan, kemudian rebut kekuasaan.
Berangkat dari kesadaran inilah sehingga tepat tanggal 18 oktober 2009 di jakarta mahasiswa-mahasiswa Islam berkumpul untuk mendeklarasikan Sumpah Mahasiswa yang berisikan: pertama, Sistem sekuler, kapitalis-demokrasi maupun sosialis-komunis adalah menjadi sumber penderitaan rakyat dan sangat membahayakan eksistensi Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya. Kedua, bahwa kedaulatan adalah milik Allah SWT untuk menentukan masa depan Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya. Ketiga, terus berjuang tanpa lelah untuk tegaknya syariah islam dalam naungan khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas problematika masyarakat Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya. Keempat, perjuangan yang dilakukan adalah dengan seruan dan tantangan intelektual tanpa kekerasan, terakhir, perjuangan yang dilakukan bukanlah karena tuntutan sejarah tapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah Swt. ***

1 komentar: